Minggu, 03 Januari 2016



PERTOLONGAN PERTAMA PADA PASIEN HENTI NAFAS DENGAN TEKNIK CPR ATAU RJP
Serangan jantung bisa datang kapan saja, dimana saja, terhadap siapa saja, termasuk orang-orang yang anda kasihi. Salah satu komplikasi dari serangan jantung adalah henti jantung (cardiac arrest), dimana jantung kehilangan fungsinya sebagai pompa sehingga darah sebagai pembawa oksigen tidak lagi bersirkulasi ke seluruh tubuh. Penderita menjadi hilang kesadaran, karena kurangnya aliran darah ke otak dan pasien juga berhenti bernafas. Sel-sel otak hanya sanggup bertahan 4-6 menit saja tanpa oksigen dari darah sebelum mengalami kerusakan permanen, yang akan semakin luas seiring dengan masa hilangnya sirkulasi darah dan berakhir dengan kematian. Dari sekitar 1,5 juta kejadian serangan jantung tiap tahun, sekitar 350.000 korban diantaranya meninggal sebelum sampai ke rumah sakit.
 Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah pertolongan pertama yang bisa anda berikan sebagai orang awam terdekat yang menyaksikan kejadian henti jantung, sebelum tenaga medis tiba. Faktanya, 70% dari kejadian kegawatan jantung terjadi di rumah, saat ada kerabat dekat di sekitarnya.  American Heart Association memperkirakan 100.000-200.000 nyawa dapat diselamatkan tiap tahunnya apabila RJP dilakukan sedini mungkin. Dan dalam dunia kegawadaruratan medis, korban dengan henti jantung dan henti nafas adalah prioritas tertinggi dalam pemberian pertolongan pertama.
1.     1. Henti Napas
Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernapasan dari korban/pasien. Henti napas pada kegiatan offroad dapat terjadi pada keadaan: benturan keras di dada, tenggelam, obstruksi / sumbatan jalan napas, tersengat listrik, serangan jantung, tersambar petir, kondisi koma akibat berbagai macam kasus.
Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk kedalam darah untuk beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas akan sangat bermanfaat agar korban dapat tetap hidup dan mencegah henti jantung.
  1. Henti jantung
Pada saat terjadi henti jantung, secara langsung akan terjadi henti sirkulasi darah. Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan oksigen. Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan terjadinya henti jantung.
 Berdasarkan konvensi American Heart Association (AHA) terbaru pada tanggal 18 Oktober 2010, dimana mengalami perubahan yaitu dari ABC menjadi CAB (Circulatory Support, Airway Control, dan Breathing Support) prosedur CPR terbaru adalah sebagai berikut :
a.       Danger (D)
            Yaitu kewaspadaan terhadap bahaya dimana pertama penolong harus  mengamankan diri sendiri dengan memakai alat proteksi diri (APD). Alat proteksi yang paling dianjurkan adalah sarung tangan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dari pasien kepada penolong. Selanjutnya penolong mengamankan lingkungan dari kemungkinan bahaya lain yang mengancam, seperti adanya arus listrik, ancaman kejatuhan benda (falling object). Setelah penolong dan lingkungan aman maka selanjutnya mengamankan pasien dan meletakan korban pada tempat yang rata, keras, kering dan jauh dari bahaya.
b.      Respon (R)
            Mengecek kesadaran atau respon korban dapat dilakukan secara verbal maupun nonverbal. Secara verbal dilakukan dengan memanggil nama. Sedangkan secara nonverbal dilakukan dengan menepuk-nepuk bahu korban. Jika dengan memanggil dan menepuk tidak ada respos, maka lakukan pengecekan kesadaran dengan melakukan rangsangan nyeri. Lakukan rangsang nyeri dengan menekan tulang dada pasien dengan cara penolong menekuk jari-jari tangan kanan, lalu tekan dengan sudut ruas jari-jari tangan yang telah ditekuk. Jika tidak ada respon dengan rangsangan nyeri berarti pasien tidak sadar dan dalam kondisi koma.
c.       Shout For Help (S) /meminta bantuan
 Jika pasien tidak berespons selanjutnya penolong harus segera memanggil bantuan baik dengan cara berteriak, menelepon, memberi tanda pertolongan dan cara lainya. Berteriak contohnya dengan memanggil orang disekitar lokasi kejadian agar membantu pertolongan atau disuruh mencari pertolongan lebih lanjut. Selanjutnya menelepon yaitu menghubungi pusat bantuan darurat (emergency call number) sesuai dengan nomor dilokasi / negara masing-masing, seperti 911 dan 118. Ketiga adalah Emergency signal yaitu dengan membuat asap, kilauan cahaya, suara dan lain-lain jika lokasi ada didaerah terpencil.
d.      Memperbaiki posisi pasien
Untuk melakukan tindakan RJP yang efektif, pasien harus dalam posisi terlentang dan berada pada permukaan yang rata dan keras. Jika korban ditemukan dalam posisi miring atau tengkurap, ubahlah posisi pasien ke posisi terlentang.
e.       Mengatur posisi penolong
Penolong berlutut sejajar dengan bahu korban agar saat memberikan bantuan napas dan sirkulasi, penolong tidak perlu mengubah posisi atau menggerakkan lutut.
f.       Cek Nadi
Pengecekan nadi korban dilakukan untuk memastikan apakah jantung korban masih berdenyut atau tidak. Pada orang dewasa pengecekan nadi dilakukan pada nadi leher (karotis) dengan menggunakan 2 jari. Caranya letakan 2 jari tangan pada jakun (tiroid) kemudian tarik ke arah samping sampai terasa ada lekukan rasakan apakah teraba atau tidak denyut nadi korban. Pada bayi pengecekan nadi dilakukan pada lengan atas bagian dalam. Dengan menggunakan 2 jari rasakan ada tidaknya denyut nadi pada lengan atas bagian dalam korban (nadi brakialis). Jika nadi tidak teraba berarti pasien mengalami henti jantung, maka segera lakukan penekanan / kompresi pada dada korban. Jika nadi teraba berarti jantung masih berdenyut maka lanjutkan dengan membukan jalan napas dan pemeriksanaan napas.
g.      Circulatory  Support (C) / Bantuan Sirkulasi
Yaitu kompresi dada jika korban tidak teraba nadinya berarti jantungnya berhenti berdenyut maka harus segera dilakukan penekanan / kompresi dada sebanyak 30 kali. Caranya : posisi penolong sejajar dengan bahu korban. Letakan satu tumit tangan diatas tulang dada, lalu letakan tangan yang satu lagi diatas tangan yang sudah diletakan diatas tulang dada (dua jari di bawah xifoideus). Setelah itu tekan dada korban dengan menjaga siku tetap lurus Tekan dada korban sampai kedalaman sepertiga dari ketebalan dada atau 3-5 cm / 1-2 inci (korban dewasa), 2-3 cm (pada anak), 1-2 cm (bayi).  
h.      Airway Control (A)
Yaitu membuka jalan napas, setelah melakukan kompresi selanjutnya membuka jalan napas. Sebelum membuka jalan napas pertama harus melakukan pemeriksaan jalan napas. Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan napas oleh benda asing. Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang dilapisi dengan sepotong kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras atau asing dapat dikorek dengan menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan teknik finger sweep dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk pada mulut korban. 
Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing, biasa pada pasien tidak sadar tonus otot-otot menghilang, maka lidah dan epiglotis akan menutup faring dan laring, inilah salah satu penyebab sumbatan jalan napas. Pembebasan jalan napas oleh lidah dapat dilakukan dengan cara Angkat Dagu-Tekan Dahi atau disingkat ADTD (Head tild – chin lift) dan Perasat Pendorongn Rahang Bawah (Jaw Thrust Maneuver).
1.    Angkat Dagu - Tekan Dahi (ADTD)
Teknik ini dilakukan pada penderita yang tidak mengalami trauma pada kepala, leher maupun tulang belakang.
Caranya :
a.    Letakkan tangan Anda pada dahi penderita. Gunakan tangan yang paling dekat dengan kepala penderita.
b.    Tekan dahi sedikit mengarah ke belakang dengan telapak tangan sampai kepala penderita terdorong ke belakang.
c.    Letakkan ujung jari tangan yang lainnya di bawah bagian ujung tulang rahang bawah.
d.    Angkat dahu ke depan, lakukan gerakan ini bersamaan tekanan dahi, sampai kepala penderita pada posisi ekstensi maksimal. Pada pasien bayi dan anak kecil tidak dilakukan sampai maksimal tetapi sedikit ekstensi saja.
e.    Pertahankan tangan di dahi penderita untuk menjaga posisi kepala tetap ke belakang.
f.     Buka mulut penderita dengan ibu jari tangan yang menekan dagu.

2.    Perasat Pendorongan Rahang Bawah (Jaw Thrust Manaeuver)
Teknik ini digunakan sebagai pengganti teknik tekan dahi angkat dagu. Perlu diingat teknik ini sangat sulit dilakukan, tetapi merupakan teknik yang aman untuk membuka jalan nafas bagi penderita yang mengalami trauma pada tulang belakang. Dengan mempergunakan teknik ini berarti kepala dan leher penderita dibuat dalam posisi alami/normal.
Caranya :
a.    Berlutut di sisi atas kepala penderita letakan kedua siku penolong sejajar dengan posisi penderita, kedua tangan memegang sisi kepala.
b.    Kedua sisi rahang bawah dipegang (jika pasien anak/bayi, gunakan dua atau tiga jari pada sisi rahang bawah).
c.    Gunakan kedua tangan untuk menggerakkan rahang bawah ke posisi depan secara perlahan. Gerakan ini mendorong lidah ke atas sehingga jalan napas terbuka.
d.    Pertahankan posisi mulut pasien tetap terbuka.
i.        Breathing Support (B) atau memberikan napas buatan
            Jika pasien masih teraba denyut nadinya maka perlu dilakukan pemeriksaan apakah masih bernapas atau tidak. Pemeriksaaan pernapasan dilakukan dengan melihat ada tidaknya pergerakan dada (look), mendengarkan suara napas (listen) dan merasakan hembusan napas (feel). Jika pasien berdenyut jantungnya tetapi tidak bernapas maka hanya diberikan napas buatan saja sebanyak 12-20 kali per menit. Bantuan napas dapat dilakukan melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan).
1.      Mulut ke mulut
Bantuan pernapasan dengan menggunakan cara ini merupakan cara yang tepat dan efektif untuk memberikan udara ke paru-paru pasien. Pada saat dilakukan hembusan napas dari mulut ke mulut, penolong harus mengambil napas dalam terlebih dahulu dan mulut penolong harus dapat menutup seluruhnya mulut pasiendengan baik agar tidak terjadi kebocoran saat mengghembuskan napas dan juga penolong harus menutup lubang hidung korban/pasien dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk mencegah udara keluar kembali dari hidung.
2.      Mulut ke hidung
Teknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut pasien tidak memungkinkan, misalnya pada Trismus atau dimana mulut korban mengalami luka yang berat, dan sebaliknya jika melalui mulut ke hidung, penolong harus menutup mulut korban/pasien.
3.      Mulut ke Stoma
Pasien yang mengalami laringotomi mempunyai lubang (stoma) yang menghubungkan trakhea langsung ke kulit. Bila pasien mengalami kesulitan pernapasan maka harus dilakukan ventilasi dari mulut ke stoma.
            Jika pasien masih berdenyut jantungnya dan masih bernapas maka korban dimiringkan ke kiri (posisi recovery) agar ketika muntah tidak terjadi aspirasi.
            Pasien yang berhenti denyut jantungnya / tidak teraba nadi maka tidak perlu dilakukan pemeriksaan pernapasan karena sudah pasti berhenti napasnya, penolong setelah melakukan kompresi dan membuka jalan napas langsung memberikan napas buatan sebanyak 2 kali. Rasio perbandingan kompresi : napas buatan pada orang dewasa baik 2 orang penolong maupun 1 orang penolong perbandingan yaitu 30 : 2.
Adapun frekuensi napas buatan yang diberikan  yaitu :
1.      Dewasa : 10-12x pernapasan/menit, masing-masing 1,5-2 detik
2.      Anak (1-8 thn) : 20x pernapasan /menit masing-masing 1-1,5 detik
3.      Bayi (0-1 thn) : lebih dari 20x pernapasan/menit masing-masing 1-1,5 detik
4.      Bayi baru lahir : 40x pernapasan/menit, masing-masing 1-1,5 detik
j.        Evaluasi pada CPR dilakukan setiap 5 Siklus. (5 x 30 kompresi) + (5 x 2 napas buatan). Evaluasi pada pemberian napas buatan saja dilakukan setiap 2 menit. Dan setelah pasien berdenyut nadinya dan bernapas posisi pasien dimiringkan ke arah kiri (posisi recovery).
Tindakan RJP dapat dihentikan apabila :
1.         Penderita pulih kembali.
2.         Penolong kelelahan.
3.         Diambil alih oleh tenaga yang sama atau yang lebih terlatih.
4.         Jika ada tanda pasti mati, tidak usah lakukan RJP.

Adapun langkah-langkah melakukan  RJP pada Anak dan Bayi
            Anak (1-8 tahun) dan bayi (0-1 tahun) memerlukan sedikit perbedaan dalam pertolongan. Pemeriksaan nadi pada bayi dilakukan pada nadi brakial (nadi lengan atas). Sedangkan untuk anak seperti orang dewasa. Pada anak rasio perbandingan kompresi : napas buatan yaitu untuk 1 penolong 30 : 2  dan untuk  2 penolong perbandingannya menjadi 15 : 2.
Jika bayi atau anak tidak bernapas dan nadi tidak berdenyut, mulailah RJP dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a.         Posisikan penderita
b.        Buka baju penderita bagian dada.
c.        Tentukan titik pijatan, untuk bayi satu jari di bawah garis imajiner/semu kedua puting susu. Untuk anak, sama dengan orang dewasa.
d.    Lakukan pijatan jantung, untuk bayi dengan mempergunakan jari tengah dan jari manis. Sedangkan untuk anak mempergunakan, satu turnit tangan saja. Kecepatan pijatan pada bayi sekurang-kurangnya 100x/menit.
Cacatan :
Khusus untuk bayi baru lahir maka perbandingan antara jantung luar dan bantuan pernapasan adalah 3 : 1, mengingat dalam keadaan normal bayi baru lahir memiliki denyut nadi di atas 120x/menit dan pernapasan mendekati 40x/menit.




Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan tindakan RJP
a.    RJP jangan berhenti lebih dari 5 detik dengan alasan apapun.
b.    Tidak perlu memindahkan penderita ke tempat yang lebih baik, kecuali bila ia sudah stabil.
c.    Jangan menekan prosesus xifoideus pada ujung tulang dada, karena dapat berakibat robeknya hati
d.   Diantara tiap kompresi, tangan harus melepas tekanan tetapi melekat pada sternum, jari-jari jangan menekan iga korban.
e.    Hindarkan gerakan yang menyentak. Kompresi harus lembut, teratur dan tidak terputus
f.     Perhatikan komplikasi yang mungkin karena RJP seperti :
1.      Patah tulang dada dan tulang iga
2.      Bocornya paru-paru (pneumotoraks)
3.      Perdarahan dalam paru-paru / rongga dada (hemotoraks)
4.      Luka dan memar pada paru-paru
5.      Robekan pada hati



HJFGYDRG.jpg
 









REFERENSI
Boswick, John A.1997. Perawatan Gawat Darurat.Jakarta : EGC.
Darwis, dr. Allan & Sarana, dr. Lita, dkk.2007.Pedoman Pertolongan Pertama.Jakarta : Palang Merah Indonesia.
Juliansyah, Rahmad Aswin.2009.Napas Buatan (Resusitasi Jantung Paru).Dalam http://duniakeperawatan.wordpress.com/2009/02/28/143/(Diakses pada tanggal 4 September 2014)
Sutawijaya, Risang Bagus.2009.Gawat Darurat Panduan Kesehatan Wajib di Rumah Anda.Yogyakarta : Aulia Publishing.
Ramzkesrawan.2012.Prosedur Resusitasi Jantung Paru. Dalam http://oknurse.wordpress.com/2012/03/27/prosedur-resusitasi-jantung-paru-cpr/(Diakses pada tanggal 4 September 2014)
Rayani.2013.Aplikasi Resusitasi Jantung Paru.Dalam http://rayaniners.blogspot.com/2013/03/cpr-application-aplikasi-resusitasi.html(Diakses pada tanggal 4 September 2014)

1 komentar:

  1. Immortal Casino | Shootercasino
    Immortal Casino is an online 메리트 카지노 주소 casino 제왕카지노 that accepts PayPal. We provide a full range of casino games from casino classics like slots and  Rating: 3.8 · ‎1 온카지노 vote

    BalasHapus