PERTOLONGAN PERTAMA PADA PASIEN HENTI NAFAS DENGAN TEKNIK
CPR ATAU RJP
Serangan jantung bisa datang
kapan saja, dimana saja, terhadap siapa saja, termasuk orang-orang yang anda
kasihi. Salah satu komplikasi dari serangan jantung adalah henti
jantung (cardiac arrest), dimana jantung kehilangan fungsinya sebagai
pompa sehingga darah sebagai pembawa oksigen tidak lagi bersirkulasi ke seluruh
tubuh. Penderita menjadi hilang kesadaran, karena kurangnya aliran darah ke
otak dan pasien juga berhenti bernafas. Sel-sel otak hanya sanggup bertahan 4-6
menit saja tanpa oksigen dari darah sebelum mengalami kerusakan permanen, yang
akan semakin luas seiring dengan masa hilangnya sirkulasi darah dan berakhir
dengan kematian. Dari sekitar 1,5 juta kejadian serangan jantung tiap tahun,
sekitar 350.000 korban diantaranya meninggal sebelum sampai ke rumah sakit.
Cardiopulmonary
Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah pertolongan
pertama yang bisa anda berikan sebagai orang awam terdekat yang menyaksikan
kejadian henti jantung, sebelum tenaga medis tiba. Faktanya, 70%
dari kejadian kegawatan jantung terjadi di rumah, saat ada kerabat dekat di
sekitarnya. American Heart Association memperkirakan
100.000-200.000 nyawa dapat diselamatkan tiap tahunnya apabila RJP dilakukan
sedini mungkin. Dan dalam dunia kegawadaruratan medis, korban dengan henti
jantung dan henti nafas adalah prioritas tertinggi dalam pemberian pertolongan
pertama.
1. 1. Henti
Napas
Henti
napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernapasan
dari korban/pasien. Henti napas pada kegiatan offroad dapat terjadi pada
keadaan: benturan keras di dada, tenggelam, obstruksi / sumbatan jalan napas,
tersengat listrik, serangan jantung, tersambar petir, kondisi koma akibat
berbagai macam kasus.
Pada
awal henti napas oksigen masih dapat masuk kedalam darah untuk beberapa menit
dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ vital lainnya,
jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas akan sangat bermanfaat agar
korban dapat tetap hidup dan mencegah henti jantung.
- Henti jantung
Pada saat
terjadi henti jantung, secara langsung akan terjadi henti sirkulasi darah.
Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital
kekurangan oksigen. Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan
tanda awal akan terjadinya henti jantung.
Berdasarkan konvensi American Heart Association (AHA)
terbaru pada tanggal 18 Oktober 2010, dimana mengalami perubahan yaitu dari ABC
menjadi CAB (Circulatory Support, Airway Control, dan Breathing Support)
prosedur CPR terbaru adalah sebagai berikut :
a. Danger (D)
Yaitu
kewaspadaan terhadap bahaya dimana
pertama penolong harus mengamankan diri
sendiri dengan memakai alat proteksi diri (APD). Alat proteksi yang paling
dianjurkan adalah sarung tangan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit
dari pasien kepada penolong. Selanjutnya penolong mengamankan lingkungan dari
kemungkinan bahaya lain yang mengancam, seperti adanya arus listrik, ancaman
kejatuhan benda (falling object). Setelah penolong dan lingkungan aman maka
selanjutnya mengamankan pasien dan meletakan korban pada tempat yang rata, keras,
kering dan jauh dari bahaya.
b. Respon (R)
Mengecek
kesadaran atau respon korban dapat dilakukan secara verbal maupun nonverbal.
Secara verbal dilakukan dengan memanggil nama. Sedangkan secara nonverbal
dilakukan dengan menepuk-nepuk bahu korban. Jika dengan memanggil dan menepuk
tidak ada respos, maka lakukan pengecekan kesadaran dengan melakukan rangsangan
nyeri. Lakukan rangsang nyeri dengan menekan tulang dada pasien dengan cara
penolong menekuk jari-jari tangan kanan, lalu tekan dengan sudut ruas jari-jari
tangan yang telah ditekuk. Jika tidak ada respon dengan rangsangan nyeri
berarti pasien tidak sadar dan dalam kondisi koma.
c. Shout For Help (S) /meminta bantuan
Jika pasien tidak berespons
selanjutnya penolong harus segera memanggil bantuan baik dengan cara berteriak,
menelepon, memberi tanda pertolongan dan cara lainya. Berteriak contohnya
dengan memanggil orang disekitar lokasi kejadian agar membantu pertolongan atau
disuruh mencari pertolongan lebih lanjut. Selanjutnya menelepon yaitu
menghubungi pusat bantuan darurat (emergency call number) sesuai dengan nomor
dilokasi / negara masing-masing, seperti 911 dan 118. Ketiga adalah Emergency
signal yaitu dengan membuat asap, kilauan cahaya, suara dan lain-lain jika
lokasi ada didaerah terpencil.
d.
Memperbaiki posisi pasien
Untuk melakukan
tindakan RJP yang efektif, pasien harus dalam posisi terlentang dan berada pada permukaan yang
rata dan keras. Jika korban ditemukan dalam posisi miring atau
tengkurap, ubahlah posisi pasien ke posisi terlentang.
e.
Mengatur posisi penolong
Penolong
berlutut sejajar dengan bahu korban agar saat memberikan bantuan napas dan
sirkulasi, penolong tidak perlu mengubah posisi atau menggerakkan lutut.
f. Cek Nadi
Pengecekan nadi korban dilakukan untuk memastikan apakah jantung korban
masih berdenyut atau tidak. Pada orang dewasa pengecekan nadi dilakukan pada
nadi leher (karotis) dengan menggunakan 2 jari. Caranya letakan 2 jari tangan
pada jakun (tiroid) kemudian tarik ke arah samping sampai terasa ada lekukan
rasakan apakah teraba atau tidak denyut nadi korban. Pada bayi pengecekan nadi
dilakukan pada lengan atas bagian dalam. Dengan menggunakan 2 jari rasakan ada
tidaknya denyut nadi pada lengan atas bagian dalam korban (nadi brakialis). Jika
nadi tidak teraba berarti pasien mengalami henti jantung, maka segera lakukan
penekanan / kompresi pada dada korban. Jika nadi teraba berarti jantung masih
berdenyut maka lanjutkan dengan membukan jalan napas dan pemeriksanaan napas.
g. Circulatory Support (C) / Bantuan Sirkulasi
Yaitu kompresi dada jika korban tidak teraba nadinya berarti jantungnya
berhenti berdenyut maka harus segera dilakukan penekanan / kompresi dada
sebanyak 30 kali. Caranya : posisi penolong sejajar dengan bahu korban. Letakan
satu tumit tangan diatas tulang dada, lalu letakan tangan yang satu lagi diatas
tangan yang sudah diletakan diatas tulang dada (dua jari di bawah xifoideus).
Setelah itu tekan dada korban dengan menjaga siku tetap lurus Tekan dada korban
sampai kedalaman sepertiga dari ketebalan dada atau 3-5 cm / 1-2 inci (korban
dewasa), 2-3 cm (pada anak), 1-2 cm (bayi).
h. Airway Control (A)
Yaitu membuka jalan napas, setelah melakukan kompresi selanjutnya membuka
jalan napas. Sebelum membuka jalan napas pertama harus melakukan pemeriksaan
jalan napas. Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan
jalan napas oleh benda asing. Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu,
kalau sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari
tengah yang dilapisi dengan sepotong kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras
atau asing dapat dikorek dengan menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan.
Mulut dapat dibuka dengan teknik finger
sweep dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk pada
mulut korban.
Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan
benda asing, biasa pada pasien tidak sadar tonus otot-otot menghilang, maka
lidah dan epiglotis akan menutup faring dan laring, inilah salah satu penyebab
sumbatan jalan napas. Pembebasan jalan napas oleh lidah dapat dilakukan dengan
cara Angkat Dagu-Tekan Dahi atau disingkat ADTD (Head tild – chin lift) dan Perasat Pendorongn Rahang Bawah (Jaw
Thrust Maneuver).
1.
Angkat Dagu - Tekan Dahi (ADTD)
Teknik ini
dilakukan pada penderita yang tidak mengalami trauma pada kepala, leher maupun
tulang belakang.
Caranya :
a.
Letakkan tangan Anda pada dahi penderita. Gunakan tangan yang paling dekat
dengan kepala penderita.
b.
Tekan dahi sedikit mengarah ke belakang dengan telapak tangan sampai kepala
penderita terdorong ke belakang.
c.
Letakkan ujung jari tangan yang lainnya di bawah bagian ujung tulang rahang
bawah.
d.
Angkat dahu ke depan, lakukan gerakan ini bersamaan tekanan dahi, sampai kepala
penderita pada posisi ekstensi maksimal. Pada pasien bayi dan anak kecil tidak
dilakukan sampai maksimal tetapi sedikit ekstensi saja.
e.
Pertahankan tangan di dahi penderita untuk menjaga posisi kepala tetap ke
belakang.
f.
Buka mulut penderita dengan ibu jari tangan yang menekan dagu.
2.
Perasat Pendorongan Rahang Bawah (Jaw Thrust Manaeuver)
Teknik ini
digunakan sebagai pengganti teknik tekan dahi angkat dagu. Perlu diingat teknik
ini sangat sulit dilakukan, tetapi merupakan teknik yang aman untuk membuka
jalan nafas bagi penderita yang mengalami trauma pada tulang belakang. Dengan
mempergunakan teknik ini berarti kepala dan leher penderita dibuat dalam posisi
alami/normal.
Caranya :
a.
Berlutut di sisi atas kepala penderita letakan kedua siku penolong sejajar dengan
posisi penderita, kedua tangan memegang sisi kepala.
b.
Kedua sisi rahang bawah dipegang (jika pasien anak/bayi, gunakan dua atau tiga
jari pada sisi rahang bawah).
c.
Gunakan kedua tangan untuk menggerakkan rahang bawah ke posisi depan secara perlahan.
Gerakan ini mendorong lidah ke atas sehingga jalan napas terbuka.
d.
Pertahankan posisi mulut pasien tetap terbuka.
i. Breathing Support (B) atau
memberikan napas buatan
Jika
pasien masih teraba denyut nadinya maka perlu dilakukan pemeriksaan apakah
masih bernapas atau tidak. Pemeriksaaan pernapasan dilakukan dengan melihat ada
tidaknya pergerakan dada (look), mendengarkan suara napas (listen) dan
merasakan hembusan napas (feel). Jika pasien berdenyut jantungnya tetapi tidak
bernapas maka hanya diberikan napas buatan saja sebanyak 12-20 kali per menit.
Bantuan napas dapat dilakukan melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung atau
mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan).
1.
Mulut ke mulut
Bantuan pernapasan dengan menggunakan cara ini merupakan cara yang tepat
dan efektif untuk memberikan udara ke paru-paru pasien. Pada saat dilakukan
hembusan napas dari mulut ke mulut, penolong harus mengambil napas dalam
terlebih dahulu dan mulut penolong harus dapat menutup seluruhnya mulut
pasiendengan baik agar tidak terjadi kebocoran saat mengghembuskan napas dan
juga penolong harus menutup lubang hidung korban/pasien dengan ibu jari dan
jari telunjuk untuk mencegah udara keluar kembali dari hidung.
2.
Mulut ke hidung
Teknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut pasien tidak
memungkinkan, misalnya pada Trismus atau dimana mulut korban mengalami luka
yang berat, dan sebaliknya jika melalui mulut ke hidung, penolong harus menutup
mulut korban/pasien.
3.
Mulut ke Stoma
Pasien yang mengalami laringotomi mempunyai lubang (stoma) yang
menghubungkan trakhea langsung ke kulit. Bila pasien mengalami kesulitan
pernapasan maka harus dilakukan ventilasi dari mulut ke stoma.
Jika
pasien masih berdenyut jantungnya dan masih bernapas maka korban dimiringkan ke
kiri (posisi recovery) agar ketika muntah tidak terjadi aspirasi.
Pasien
yang berhenti denyut jantungnya / tidak teraba nadi maka tidak perlu dilakukan
pemeriksaan pernapasan karena sudah pasti berhenti napasnya, penolong setelah
melakukan kompresi dan membuka jalan napas langsung memberikan napas buatan
sebanyak 2 kali. Rasio perbandingan kompresi : napas buatan pada orang dewasa
baik 2 orang penolong maupun 1 orang penolong perbandingan yaitu 30 : 2.
Adapun frekuensi napas buatan yang diberikan yaitu :
1.
Dewasa : 10-12x pernapasan/menit, masing-masing 1,5-2 detik
2.
Anak (1-8 thn) : 20x pernapasan /menit masing-masing 1-1,5 detik
3.
Bayi (0-1 thn) : lebih dari 20x pernapasan/menit masing-masing 1-1,5 detik
4.
Bayi baru lahir : 40x pernapasan/menit, masing-masing 1-1,5 detik
j.
Evaluasi pada CPR dilakukan setiap 5 Siklus. (5 x 30
kompresi) + (5 x 2 napas buatan). Evaluasi pada pemberian napas buatan saja dilakukan
setiap 2 menit. Dan setelah
pasien berdenyut nadinya dan bernapas posisi pasien dimiringkan ke arah kiri
(posisi recovery).
Tindakan RJP dapat dihentikan
apabila :
1.
Penderita pulih kembali.
2.
Penolong kelelahan.
3.
Diambil alih oleh tenaga yang sama atau yang lebih terlatih.
4.
Jika ada tanda pasti mati, tidak usah lakukan RJP.
Adapun langkah-langkah melakukan RJP pada Anak dan Bayi
Anak
(1-8 tahun) dan bayi (0-1 tahun) memerlukan sedikit perbedaan dalam pertolongan.
Pemeriksaan nadi pada bayi dilakukan pada nadi brakial (nadi lengan atas).
Sedangkan untuk anak seperti orang dewasa. Pada anak rasio perbandingan
kompresi : napas buatan yaitu untuk 1 penolong 30 : 2 dan untuk
2 penolong perbandingannya menjadi 15 : 2.
Jika bayi atau
anak tidak bernapas dan nadi tidak berdenyut, mulailah RJP dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a.
Posisikan penderita
b.
Buka baju penderita bagian dada.
c.
Tentukan titik pijatan, untuk bayi satu jari di bawah garis imajiner/semu kedua
puting susu. Untuk anak, sama dengan orang dewasa.
d. Lakukan pijatan
jantung, untuk bayi dengan mempergunakan jari tengah dan jari manis. Sedangkan
untuk anak mempergunakan, satu turnit tangan saja. Kecepatan pijatan pada bayi
sekurang-kurangnya 100x/menit.
Cacatan :
Khusus untuk bayi baru lahir maka perbandingan antara
jantung luar dan bantuan pernapasan adalah 3 : 1, mengingat dalam keadaan
normal bayi baru lahir memiliki denyut nadi di atas 120x/menit dan pernapasan
mendekati 40x/menit.
Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam melakukan tindakan RJP
a.
RJP jangan berhenti lebih dari 5 detik dengan alasan apapun.
b.
Tidak perlu memindahkan penderita ke tempat yang lebih baik,
kecuali bila ia sudah stabil.
c.
Jangan menekan prosesus xifoideus pada ujung tulang dada,
karena dapat berakibat robeknya hati
d. Diantara
tiap kompresi, tangan harus melepas tekanan tetapi melekat pada sternum,
jari-jari jangan menekan iga korban.
e.
Hindarkan gerakan yang menyentak. Kompresi harus lembut,
teratur dan tidak terputus
f.
Perhatikan komplikasi yang mungkin karena RJP seperti :
1.
Patah tulang dada dan tulang iga
2.
Bocornya paru-paru (pneumotoraks)
3.
Perdarahan dalam paru-paru / rongga dada (hemotoraks)
4.
Luka dan memar pada paru-paru
5.
Robekan pada hati
REFERENSI
Boswick, John A.1997. Perawatan Gawat Darurat.Jakarta : EGC.
Darwis, dr. Allan & Sarana, dr. Lita, dkk.2007.Pedoman Pertolongan Pertama.Jakarta : Palang Merah Indonesia.
Juliansyah, Rahmad Aswin.2009.Napas
Buatan (Resusitasi Jantung Paru).Dalam http://duniakeperawatan.wordpress.com/2009/02/28/143/(Diakses pada tanggal 4 September 2014)
Sutawijaya, Risang Bagus.2009.Gawat Darurat
Panduan Kesehatan Wajib di Rumah Anda.Yogyakarta : Aulia Publishing.
Ramzkesrawan.2012.Prosedur Resusitasi
Jantung Paru. Dalam http://oknurse.wordpress.com/2012/03/27/prosedur-resusitasi-jantung-paru-cpr/(Diakses pada tanggal 4 September 2014)
Rayani.2013.Aplikasi Resusitasi
Jantung Paru.Dalam http://rayaniners.blogspot.com/2013/03/cpr-application-aplikasi-resusitasi.html(Diakses pada tanggal 4 September 2014)
Immortal Casino | Shootercasino
BalasHapusImmortal Casino is an online 메리트 카지노 주소 casino 제왕카지노 that accepts PayPal. We provide a full range of casino games from casino classics like slots and Rating: 3.8 · 1 온카지노 vote